Dag dig dug… jantung saya berdebar bagaikan bom waktu mau meledak, "mang… mang… hafal tidak dimana hotelnya?,"
kata saya. "Ntar, ntar lagi nyampe," jawab mamang becak.
Tampilannya sedikit urak-urakan penuh peluh mengayuhkan becaknya sembari
menolehkan kepala ke kiri dan kanan. Celingak-celinguk menyusuri jalan
protokol Asia-Afrika Bandung mencari hotel tempat saya menginap. Dalam
hati saya bertanya, "Bapak ini tau tidak lokasinya yah?". Limabelas menit kebersamaan saya dengan mamang becak tak jua menemui titik temu hotel yang hendak dituju.
Sambil membatin, "segala kekuatan hanya padamu ya Rabb". Sampai diperempatan jalan yang cukup ramai saya putuskan untuk berhenti dan mencari alternatif lain untuk sampai ke hotel yang dicari. Derita tak sampai disitu. Selepas itu, datang lagi mamang becak. Tampangnya berkulit hitam perawakan kurus menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke hotel yang dimaksud.
Sambil membatin, "segala kekuatan hanya padamu ya Rabb". Sampai diperempatan jalan yang cukup ramai saya putuskan untuk berhenti dan mencari alternatif lain untuk sampai ke hotel yang dicari. Derita tak sampai disitu. Selepas itu, datang lagi mamang becak. Tampangnya berkulit hitam perawakan kurus menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke hotel yang dimaksud.
Tuturnya, "silakan bla.. bla… bla... (bahasa sunda)," tampaknya memaksa saya menaiki becaknya. "Maaf mang saya naik taksi saja," jawab saya. Terjadi keributan kecil antara saya dan mamang becak. Beliau terus mengoceh dengan bahasa sundanya dan saya pun terbengong-bengong memandanginya bicara meski tak mengerti apa yang diucapkan.
Datang seorang bapak muda perawakan gagah berambut tipis layaknya anggota TNI mendekati kami, lalu bertanya apa yang terjadi. Lalu saya menjelaskan tujuan untuk mencari hotel yang telah dipesan. Kesalahan bahasa itu tidak melebar, akhirnya saya diantarkan oleh si mamang becak tadi. Setelah mendapatkan semacam jaminan dari pemuda tadi. Alhamdulillah sampailah tujuan yang dicari.
Saya memesan kamar hotel untuk tiga hari tiga malam. Hotelnya terbilang jadul (zaman dulu) terlihat dari lantainya keramik lama, cat kayu tangga yang mulai pudar, dan semua peralatan kamar yang bergaya lama. Bangunannya pun tampak dibuat sekitar tahun 70-an.
Tapi itu tidak membuat saya patah semangat. Malamnya saya isi dengan istirahat. Suasana malam yang sejuk dikota kembang, membuat saya terlelap untuk sambut esok hari. Alhamdulillah, esok hari menjelang, saya siap untuk mendapatkan ilmu pelatihan jurnalistik media instansi yang diselenggarakan di kota kembang Bandung.
Pelatihan dimulai pukul 08.00 wib pagi, jarak antara tempat pelatihan dengan hotel menginap sangat dekat. Diperlukan waktu dua menit dengan berjalan kaki menuju hotel tempat pelatihan. Saya sedikit kaget ketika masuk hotel, saya harus diperiksa. Baru tahu ternyata tamu hotel kebanyakan orang asing. Eh, hotel berbintang lima ini ada tangga berjalannya seperti di Mall. Menaiki tiga lantai untuk menuju ruangan yang dicari.
Kurang lebih 7x5 m luas ruangan diisi kursi untuk peserta yang cantik dengan balutan kain serta busa yang empuk. Sebelum memulai acara, narasumber dan peserta satu sama lain saling memperkenalkan diri. Dari berbagai instansi dan provinsi yang hadir, ternyata tujuan mereka sama yakni untuk memperbaiki kualitas dalam hal penulisan di media instansi masing-masing.
Hari pertama pelatihan semua peserta khusuk mendengar penjelasan narasumber lulusan Teknik Industri ITB, CEO dari Mizan Learning Center, Mas Hernowo. "Berapa banyak bacaan yang bisa kita baca tiap hari", tanya Hernowo. Peserta pun tersenyum simpul. "Dengan membaca betapa banyak kosakata yang akan kita dapatkan," ujarnya.
Lebih lanjut Hernowo menjelaskan kebiasaan kita bahwa belum selesai menulis beberapa paragraph, kita sibuk membaca dan mengoreksi kembali tulisan. itu sia-sia sebab akan menghabiskan waktu. Ketika menulis, cobalah tuangkan semua pikiran ke dalam tulisan mengalir deras bagaikan air terjun. Tanpa disadari energi negatif dengan sendirinya akan terbuang dan positif akan didapatkan.
Materi tentang "hambatan menulis" selesai dihari pertama. Saya kembali pulang ke hotel Jadul dan menenangkan diri untuk menghadapi hari selanjutnya dengan narasumber yang berbeda.
Alhamdulillah ya,, sesuatu.. (logat khas artis Syahrini), hidup NKRI.. ucap Romel Tea nama panggilan Asep Syamsul M.Romli Professional Communicator: Wartawan, Penulis, Penyiar, dosen komunikasi, trainer, dan segudang prestasi. Beliau adalah pemateri hari kedua. Senyum simpul pun kian melebar dari peserta diselingi tawa mendengar gaya khasnya kang Romel.
"Sebutkan judul berita yang akan dibuat? menunjuk satu-persatu peserta," Tanya kang Romel. "Rhoma Irama Menangis dipelukan", jawab salah seorang peserta. Haaa.. haa.. haaa.. terdengar tawa peserta lainnya mendengar judul tersebut. "Pelukan siapa?," Tanya kang Romel. Mendengar pertanyaan itu, sang peserta itu pun bingung menjawabnya.
"Dalam membuat judul berita usahakan pendek terdiri dari subjek plus predikat, jadi judulnya bagus diganti "Rhoma Menangis", singkat bukan, jelas kan?," ungkap Romel. Hari kedua pelatihan semakin seru dan kocak diselingi kelucuan dari sang narasumber Romel Tea.
Dua hari pelatihan terasa kurang. Meski singkat namun menyisakan kenangan dari masing-masing narasumber dan peserta. Di akhir kegiatan kami berfoto bersama.
Sebelum mengakhiri petualangan di kota kembang ini, di malam ketiga saya dan teman-teman baru mencoba jalan-jalan di kawasan Braga. Kawasan ini dikenal dengan kota lama, masih banyak bangunan lama yang bediri kokoh. Lukisan-lukisan para seniman jalanan berjejer dikawasan ini. Kami memutuskan untuk singgah di City Walk Braga sebuah Mall modern, tapi menu kafenya berisikan banyak makanan tradisional khas jawa. Saya penasaran mencoba "Nasi Begana", ternyata nasi yang isinya kentang goreng, soto ayam dan wortel rebus.
Setelah kenyang dan melampiaskan kelelahan selama pelatihan, kami lalu beristirahat untuk bersiap-siap kembali ke kota masing-masing dengan membawa berjuta ilmu dan pengalaman selama di Kota Kembang ini. Alhamdulillah ya… sesuatu, hidup NKRI oleh-oleh kocak Romel Tea penyemangat Diklat ini.
Harapan saya dengan pelatihan ini dapat menjadi penambah keterampilan dalam penulisan kolom berita khususnya untuk website Universitas Bangka Belitung.*** (Devi/Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar