Melalui pendidikan adalah jalan terbaik bagi sebuah bangsa untuk mencapai kemajuan. Pendidikan mampu
mengentaskan orang dari lembah kemiskinan. Itulah yang membuat semua
negara memberikan perhatian penuh kepada pendidikan bangsanya.
Untuk membangun manusia berkualitas kuncinya bukan terletak pada urusan anggaran, bukan hanya urusan uang. Yang jauh lebih menentukan adalah kemauan dan kepedulian untuk bersungguh-sungguh menjalankan program pendidikan.
Pekan lalu di Jakarta ada acara bedah buku karya penulis Turki, Muhammad Fatullah Gulen berjudul "Cahaya Abadi". Yang menarik dari sosok pribadi Gulen adalah langkahnya yang tidak pernah mengenal lelah untuk mengingatkan rakyat Turki memerhatikan masalah pendidikan.
Bahkan yang luar biasa dari Gulen, ia mampu mengajak rakyat Turki untuk tidak hanya peduli kepada pendidikan dalam keluarga sendiri. Bagi mereka yang berkelebihan, mau membantu anak-anak lain yang membutuhkan pendidikan.
Ajakan Gulen itu kini berubah menjadi gerakan sosial. Orang Turki berlomba di jalan kebaikan dan itu terutama dilakukan di jalur pendidikan. Tanpa peduli masalah suku, ras, bangsa, maupun agama, ketika ada orang yang meminta bantuan untuk urusan pendidikan, orang Turki akan segera mengulurkan tangan mereka.
Itulah yang membuat pendidikan di Turki berkembang dengan baik. Semua anak di Turki tidak pernah takut tidak bisa mendapatkan pendidikan karena selalu ada yang mau membantu mereka. Bahkan sekolah Turki kini menyebar di 140 negara termasuk di Indonesia, karena mereka tahu pendidikan merupakan jalan menuju kebaikan.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita juga peduli kepada pendidikan? Apa kita punya kepedulian kepada orang di sekitar kita yang tidak bisa mengecap pendidikan? Mau menyisihkan sebagian harta kita untuk membuat semua anak-anak di negeri ini mendapat kesempatan untuk terus melanjutkan pendidikan.
Kita tentu harus mengatakan bahwa banyak warga bangsa ini yang memiliki kepedulian terhadap sesama. Tetapi belum semua orang mau peduli dan mau ikut membantu membiayai pendidikan banyak anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bisa duduk di bangku sekolah.
Bahkan yang menyedihkan, ada di antara kita yang tega untuk menggunakan anggaran pendidikan untuk kepentingan dirinya. Mereka menyalahgunakan anggaran negara untuk agenda pribadi mereka sendiri.
Laporan terbaru yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan besarnya anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipergunakan secara tidak benar. Ratusan miliar rupiah anggaran untuk universitas-universitas di seluruh Indonesia berindikasi penuh dengan rekayasa.
Terpidana korupsi Muhammad Nazaruddin dalam pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi mengaku bahwa saat aktif di Partai Demokrat mengetahui adanya penggunaan anggaran pendidikan bukan untuk kepentingan pendidikan. Anggaran untuk pembangunan universitas-universitas negeri antara lain dipakai untuk membiayai pembuatan kalender partai politik.
Fakta itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kepedulian kepada pembangunan bangsa ini. Keputusan kita untuk setiap tahun menyisihkan 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bagi pendidikan, senyatanya tidak dipakai untuk meningkatkan kualitas bangsa ini.
Korupsi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangatlah luar biasa. Hampir semua kegiatan berpotensi untuk terjadinya korupsi mulai dari pengadaan buku, pembangunan gedung, sampai penyediaan peralatan pendidikan. Akibat langsungnya bisa terlihat dari materi buku-buku pelajaran yang tidak berkualitas sampai ambruknya gedung sekolah.
Kemarin kita menyaksikan bagaimana atap sebuah gedung sekolah dasar di Cipinang, Jakarta yang ambruk. Padahal bangunan itu baru saja selesai dikerjakan. Beruntung tidak ada kegiatan belajar-mengajar ketika atap gedung itu ambruk.
Dengan semangat destruktif yang begitu tinggi, bagaimana lalu kita mau membangun bangsa ini. Kita tidak pernah habis pikir, mengapa semangat untuk mengambil dari bangsa ini jauh lebih kuat daripada semangat untuk memberi.
Kita membutuhkan hadirnya sosok orang yang punya hati dan kepedulian seperti Gulen. Ia melakukan semua itu bukan karena punya jabatan tinggi. Ia mau berbuat untuk bangsanya bukan untuk pencitraan diri. Ia tidak pernah lelah untuk berbicara dari satu kelompok ke kelompok yang lain, karena ia ingin mengangkat Turki dari periode kegelapan.
Ketika anggaran pendidikan sampai tega untuk dikorupsi, kita sedang berada dalam periode kegelapan. Kita akan semakin terpuruk kalau tidak sungguh-sungguh menghentikannya. Korupsi pendidikan bukan hanya sekadar mengambil uang negara, tetapi mereka telah mengambil hak jutaan anak-anak Indonesia yang berpeluang mengangkat keluarganya dari lembah kemiskinan.
Inilah yang seharusnya membangkitkan kesadaran kita bersama untuk melawan ketidakbenaran ini. Kita harus mengangkat bangsa ini dari lembah kegelapan dengan mengembalikan pendidikan ke jalurnya yang seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar