Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, dan masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan
merupakan suatu bagian yang penting bagi kelangsungan bangsa dan
rakyatnya, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana yang
paling tepat dan efektif untuk mengubah tingkat kesejahteraan individu.
Sebagian orang tua di kota-kota yakin bahwa dengan menyekolahkan anaknya
ke sekolah-sekolah ternama maka pendidikanya akan terjamin, tetapi
sebaliknya sebagian orang tua di wilayah yang jauh dari kota dan
terpencil menganggap sekolah adalah sesuatu yang mahal dan membuang waktu.
Para orang tua lebih memilih anaknya untuk membantu bekerja daripada
sekolah.
Bukan
hal tabu lagi ketika pendidikan pada saat ini dijadikan sebagai
komoditas industri dan penanaman ideologi-ideologi, maka setiap individu
atau kelompok berlomba-lomba menggunakan system pendidikan untuk
mencari keuntungan pribadi dan kelompok. Sejatinya pendidikan berbeda
dengan sekolah, sekolah cenderung dimaknai sebagai lembaga atau system
yang dibuat guna menjalankan pendidikan, sedangkan pendidikan adalah
proses penyampaian nilai-nilai kehidupan, baik itu menyangkut manusia
dengan alam atau manusia dengan orang lain. Orang yang tak bersekolah
dapat mendidik, sebagai contoh orang tua yang tidak sekolah dapat
mengajari anak atau cucunya untuk belajar menanam dan mengolah lahan
dengan baik.
Lalu
bagaimana dengan perkembangan pendidikan di Indonesia? Bangsa Indonesia
sejak awal kemerdekaan sudah berupaya bagaimana rakyat Indonesia
memperoleh ketrampilan dan pengetahuan yang layak agar kehidupan
rakyatnya sejahtera, pemerintah mengatur pendidikan di Indonesia melalui
kurikulum. Kurikulum di Indonesia kurikulum dalam arti sempit diartikan
sebagai sekelompok mata pelajaran yang disusun secara sistematis atas
urutan bidang studi, sedangkan pengertian Kurikulum menurut Beane (1996)
berpendapat bahwa kurikulum merupakan serangkaian sesuatu yang harus
dilakukan dan dialami oleh peserta didik dengan cara mengembangkan
kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik. Kurikulum memiliki posisi
yang penting dan sentral dalam keberlangsungan sistem pendidikan di
Indonesia, karena itu akan menjadi pegangan dan acuan dalam melaksanakan
system pendidikan di Indonesia. Sejarah perkembangan kurikulum di
Indonesia dimulai tahun 1947, mengalami perubahan dari tahun 1952, 1968,
1975, 1984, 1994, 1999, 2004, dan terakhir dan masih digunakan sampai
saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006.
Tetapi
seiring dengan perubahan jaman dan kurikulum, pendidikan di Indonesia
cenderung menjadi industry yang saling terselubung. Tak perlu malu untuk
berkata jujur bahwa pendidikan saat ini sudah menjurus pada system
kapitalis, hal ini semakin tampak dan jelas dengan adanya kebijakan dari
World Trade Organization (WTO) yang memasukan pendidikan ke dalam
bidang usaha sector tersier, dengan kata lain pendidikan sudah dimasukan
ke dalam ranah industry. Kemudian apa dampaknya jika kapitalisasi
pendidikan di Indonesia? Menurut Tri Guntur Nurwaya, dosen
Ilmu Komunikasi Mercubuana, Yogyakarta. Mengatakan bahwa siapa yang
punya uang akan menentukan pendidikan. Pendidikan akan digunakan sebagai
cara, bukan semata-mata pendidikan mahal itu kapitalis tetapi
pendidikan digunakan untuk membangun nalar, untuk menyetujui apa yang
dilakukan kapitalis itu benar. Seharusnya pendidikan yang humanis adalah
pendidikan yang menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia,
dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai
manusia yang utuh berkembang. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
menyangkut daya cipta(Kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa
(konatif)
Bisa
dikatakan program RSBI ( Rintisan Sekolah Berstandar Internasional )
adalah bentukan dari kapitalisasi pendidikan. RSBI yang dimulai sejak
tahun 2005 jalan ditempat, sebagian sekolah terkesan mengakhiri
perjuangan mereka ketika sudah mendapat label RSBI. Evaluasi Kemendikbud
menyebutkan seluruh RSBI yang ada di Indonesia belum layak menjadi SBI,
siapa yang memiliki modal akan mendapat fasilitas lebih walaupun
peraturan menjelaskan bahwa RSBI mewajibkan untuk menerima siswa miskin
berpotensi akademik sebanyak 20% tapi kenyataanya sebagian besar sekolah tidak
melaksanakan peraturan itu dengan baik. Lalu apa yang salah dengan RSBI
? Sumber daya manusia yang belum siap juga mempengaruhi kegagalan
program RSBI, sekolah-sekolah cenderung lebih memperhatikan
infrastruktur dan fasilitas daripada memperhatikan mutu dan kualitas
gurunya. Seharusnya mutu pengajar dulu yang ditingkatkan baru fasilitas
untuk menunjang program RSBI. Menurut bapak Pardoyo dari MPPS
(Masyarakat Peduli Pendidikan Solo) mengatakan; “sebagian besar guru
tidak mau untuk melanjutkan pendidikanya setelah menerima sertifikasi,
padahal dibiayai dan difasilitasi”
Pemerintah juga berupaya memperbaiki mutu pendidikan dengan membuat
buku BSE (Buku Sekolah Elektronik), buku BSE adalah buku yang dapat
secara gratis di download di internet dalam bentuk Pdf. Buku BSE juga
tersedia dalam bentuk buku dengan harga yang lebih mura disbanding
penerbit-penerbit lain. Diharapkan dengan adanya buku BSE siswa dari
pelosok ataupun ssiwa yang tidak mampu membeli buku secara
cetak tetap dapat belajar. Namun pada kenyataanya program buku BSE
mengalami beberapa masalah, kebanyakan wilayah pelosok di Indonesia
tidak terdapat fasilitas yang lengkap dan memadahi untuk pengembangan
program BSE. Internet dan computer belum menjangkau wilayah
daerah-daerah terpencil. Program BSE juga terhambat oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab, mereka mengharuskan siswanya untuk membeli
buku pegangan lain dengan alasan buku BSE kurang lengkap. Sehingga
siswa mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli buku pegangan lain.
Lalu
mau dibawa kemana pendidikan di Indonesia? Masihkan ada harapan untuk
menyelamatkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik? Memulai dari
diri sendiri dan hal-hal kecil adalah jawaban yang relevan, mulai untuk
berani mengubah dan tidak mengikuti kesalahan-kesalahan yang sudah ada,
pendidikan harus menjadi sarana untuk manusia dalam menyelesaikan
masalah dengan lebih manusiawi. Dengan semangat dan sikap optimis
menghadapi masalah pendidikan di Indonesia maka niscaya pendidikan
Indonesia akan menuju ke arah lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar