Kamis, 05 Juli 2012

Kemana Pendidikan Kita?

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, dan masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan suatu bagian yang penting bagi kelangsungan bangsa dan rakyatnya, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana yang paling tepat dan efektif untuk mengubah tingkat kesejahteraan individu. Sebagian orang tua di kota-kota yakin bahwa dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah ternama maka pendidikanya akan terjamin, tetapi sebaliknya sebagian orang tua di wilayah yang jauh dari kota dan terpencil menganggap sekolah adalah sesuatu yang mahal dan membuang waktu. Para orang tua lebih memilih anaknya untuk membantu bekerja daripada sekolah.
Bukan hal tabu lagi ketika pendidikan pada saat ini dijadikan sebagai komoditas industri dan penanaman ideologi-ideologi, maka setiap individu atau kelompok berlomba-lomba menggunakan system pendidikan untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompok. Sejatinya pendidikan berbeda dengan sekolah, sekolah cenderung dimaknai sebagai lembaga atau system yang dibuat guna menjalankan pendidikan, sedangkan pendidikan adalah proses penyampaian nilai-nilai kehidupan, baik itu menyangkut manusia dengan alam atau manusia dengan orang lain. Orang yang tak bersekolah dapat mendidik, sebagai contoh orang tua yang tidak sekolah dapat mengajari anak atau cucunya untuk belajar menanam dan mengolah lahan dengan baik.
Lalu bagaimana dengan perkembangan pendidikan di Indonesia? Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan sudah berupaya bagaimana rakyat Indonesia memperoleh ketrampilan dan pengetahuan yang layak agar kehidupan rakyatnya sejahtera, pemerintah mengatur pendidikan di Indonesia melalui kurikulum. Kurikulum di Indonesia kurikulum dalam arti sempit diartikan sebagai sekelompok mata pelajaran yang disusun secara sistematis atas urutan bidang studi, sedangkan pengertian Kurikulum menurut Beane (1996) berpendapat bahwa kurikulum merupakan serangkaian sesuatu yang harus dilakukan dan dialami oleh peserta didik dengan cara mengembangkan kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik. Kurikulum memiliki posisi yang penting dan sentral dalam keberlangsungan sistem pendidikan di Indonesia, karena itu akan menjadi pegangan dan acuan dalam melaksanakan system pendidikan di Indonesia. Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia dimulai tahun 1947, mengalami perubahan dari tahun 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, dan terakhir dan masih digunakan sampai saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006.
Tetapi seiring dengan perubahan jaman dan kurikulum, pendidikan di Indonesia cenderung menjadi industry yang saling terselubung. Tak perlu malu untuk berkata jujur bahwa pendidikan saat ini sudah menjurus pada system kapitalis, hal ini semakin tampak dan jelas dengan adanya kebijakan dari World Trade Organization (WTO) yang memasukan pendidikan ke dalam bidang usaha sector tersier, dengan kata lain pendidikan sudah dimasukan ke dalam ranah industry. Kemudian apa dampaknya jika kapitalisasi pendidikan di Indonesia? Menurut Tri Guntur Nurwaya, dosen Ilmu Komunikasi Mercubuana, Yogyakarta. Mengatakan bahwa siapa yang punya uang akan menentukan pendidikan. Pendidikan akan digunakan sebagai cara, bukan semata-mata pendidikan mahal itu kapitalis tetapi pendidikan digunakan untuk membangun nalar, untuk menyetujui apa yang dilakukan kapitalis itu benar. Seharusnya pendidikan yang humanis adalah pendidikan yang menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan menyangkut daya cipta(Kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)
Bisa dikatakan program RSBI ( Rintisan Sekolah Berstandar Internasional ) adalah bentukan dari kapitalisasi pendidikan. RSBI yang dimulai sejak tahun 2005 jalan ditempat, sebagian sekolah terkesan mengakhiri perjuangan mereka ketika sudah mendapat label RSBI. Evaluasi Kemendikbud menyebutkan seluruh RSBI yang ada di Indonesia belum layak menjadi SBI, siapa yang memiliki modal akan mendapat fasilitas lebih walaupun peraturan menjelaskan bahwa RSBI mewajibkan untuk menerima siswa miskin berpotensi akademik sebanyak 20% tapi kenyataanya sebagian besar sekolah tidak melaksanakan peraturan itu dengan baik. Lalu apa yang salah dengan RSBI ? Sumber daya manusia yang belum siap juga mempengaruhi kegagalan program RSBI, sekolah-sekolah cenderung lebih memperhatikan infrastruktur dan fasilitas daripada memperhatikan mutu dan kualitas gurunya. Seharusnya mutu pengajar dulu yang ditingkatkan baru fasilitas untuk menunjang program RSBI. Menurut bapak Pardoyo dari MPPS (Masyarakat Peduli Pendidikan Solo) mengatakan; “sebagian besar guru tidak mau untuk melanjutkan pendidikanya setelah menerima sertifikasi, padahal dibiayai dan difasilitasi”
Pemerintah juga berupaya memperbaiki mutu pendidikan dengan membuat buku BSE (Buku Sekolah Elektronik), buku BSE adalah buku yang dapat secara gratis di download di internet dalam bentuk Pdf. Buku BSE juga tersedia dalam bentuk buku dengan harga yang lebih mura disbanding penerbit-penerbit lain. Diharapkan dengan adanya buku BSE siswa dari pelosok ataupun ssiwa yang tidak mampu membeli buku secara cetak tetap dapat belajar. Namun pada kenyataanya program buku BSE mengalami beberapa masalah, kebanyakan wilayah pelosok di Indonesia tidak terdapat fasilitas yang lengkap dan memadahi untuk pengembangan program BSE. Internet dan computer belum menjangkau wilayah daerah-daerah terpencil. Program BSE juga terhambat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, mereka mengharuskan siswanya untuk membeli buku pegangan lain dengan alasan buku BSE kurang lengkap. Sehingga siswa mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli buku pegangan lain.
Lalu mau dibawa kemana pendidikan di Indonesia? Masihkan ada harapan untuk menyelamatkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik? Memulai dari diri sendiri dan hal-hal kecil adalah jawaban yang relevan, mulai untuk berani mengubah dan tidak mengikuti kesalahan-kesalahan yang sudah ada, pendidikan harus menjadi sarana untuk manusia dalam menyelesaikan masalah dengan lebih manusiawi. Dengan semangat dan sikap optimis menghadapi masalah pendidikan di Indonesia maka niscaya pendidikan Indonesia akan menuju ke arah lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar